Sekilas Kampung Wisata Edupreneur Made

Mengenai sejarah dan asal usul Made terdapat beberapa versi. Menurut Bambang Sugijarto, selaku Lurah Made tahun 2007, Kampung Made dulu bernama Tawangsari. Penggunaan nama Made dilakukan untuk menghormati jasa pejuang revolusi I Made Suganda yang pernah tinggal di kawasan rawa-rawa di kawasan tersebut. I Made Suganda begitu karismatis dan mengundang simpati warga. Bahkan, kemudian sejumlah warga memeluk agama Hindu seperti yang dianut I Made Suganda. Tidak diketahui secara pasti kapan perubahan nama kampung/desa itu terjadi. Oleh warga setempat, I Made Suganda mendapat panggilan akrab Wak Made. Dia digambarkan sangat mewarnai kehidupan masyarakat di situ. Di antaranya, mampu menata daerah Made yang dulu gersang menjadi hijau subur. Rumahnya kemudian difungsikan sebagai punden dan tak pernah sepi dikunjungi warga. Rumah tersebut diberi nama Punden Singojoyo. Disamping itu, Wak Made juga mengajak masyarakat sekitarnya hidup rukun, meski berbeda agama.

Versi lain menuturkan bahwa nama “Made” bukanlah berasal dari Wak Made atau I Made Suganda. Namun “Made” dalam bahasa Jawa Kuno berarti “di tengah-tengah.” Hal tersebut merujuk pada posisi wilayah Made pada waktu pembukaannya pertama kali. Dikisahkan dulunya daerah Made dan sekitarnya adalah alas atau hutan belukar. Lebih kurang 650 hektar daerah yang semula alas, dibuka, hingga menjadi desa, namun ketika itu belum ada yang menghuni melainkan Ingkang Sinuhun (seorang yang dijunjung/agung – tidak diketahui namanya). Batas selatan semula belukar, pegunungan sebelah barat hutan yang pernah dihuni bongsone demit (bangsa jin), bagian utara alas yang hasil tebangan kayunya malang sungsang dibalut oleh akar beringin, sedangkan di timur sisa tunggak pohon kesambi yang amat kerep (rapat/dempet), sehingga Ingkang Sinuhun merasa kecil dihadapan Sang Pencipta Alam yang hutannya telah rampung dibuka menjadi desa. Karena pohon besar yang disisakan untuk istirahat berada “ditengah-tengah” daerah perdikan, maka daerah tersebut dinamakan Made.

Menurut sesepuh masyarakat Made, yaitu Mbah Seniman atau Mbah Man, bahwa istilah “Made” bukan berasal dari Bali atau diasosiasikan dengan Bali, tetapi Made adalah akronim Macan Gedhe (Harimau/Singa Besar) atau Macan Alas Gedhe (Harimau/Singa dari hutan besar). Hampir sama dengan versi ketiga, bahwa dulu kala, kawasan Made hanya dihuni satu orang saja, (tidak dijelaskan siapa namanya), dimana wilayah sekitarnya masih berupa hutan belukar. Orang tersebut memiliki binatang peliharaan Singo dan Macan Gedhe (Singa dan Harimau). Orang tersebut dan Singa-nya bertapa dan membuat petilasan, yang kemudian dikenal sengan Singojoyo atau Mbah Singojoyo, sedangkan Macan bertugas menjaganya. Sampai suatu ketika, hutan besar (alas gedhe) di kawasan selatan rusak dan Macan pergi ke hutan tersebut (alas gedhe). Lama berselang, suatu hari Macan akhirnya kembali ke tempatnya, sehingga disebut Macan Alas Gedhe, dari situlah nama Made terbentuk. Mbah Singojoyo itulah yang kemudian dinisbatkan sebagai pendiri kampung Made.
I BUILT MY SITE FOR FREE USING